Nusantaratv.com - Pertumbuhan penduduk dunia yang diperkirakan mencapai 9,7 miliar jiwa pada 2050 menimbulkan tantangan besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan energi.
Di Indonesia, jumlah penduduk diproyeksikan menyentuh angka 324 juta dalam dua dekade ke depan. Hal ini menuntut negara untuk serius membangun sistem pangan dan energi yang berkelanjutan demi menjamin masa depan bangsa.
Isu ini menjadi fokus utama dalam forum Nusantara Sustainability Trend Forum (Nature) 2025 yang digelar di Ballroom Nusantara, NT Tower Jakarta pada 28 Mei 2025.
Acara ini menyoroti pentingnya kedaulatan pangan dan energi sebagai pilar utama kelangsungan hidup dan kemandirian bangsa.
"Pangan merupakan isu mendasar yang berdampak langsung terhadap stabilitas sosial, ekonomi, dan politik. Kalau rakyat lapar, negara bisa jatuh," kata Presiden Direktur Nusantara TV Don Bosco Selamun saat membuka Nature 2025.
Menurut Don Bosco, kebutuhan pangan dan energi terus meningkat seiring waktu. Pemerintah dituntut menyusun kebijakan strategis seperti swasembada, diversifikasi, hingga inovasi energi baru demi ketahanan nasional.
"Masa depan itu sebetulnya ditentukan oleh kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah saat ini, baik melalui program swasembada, diversifikasi produksi, atau kebijakan strategis lain," ujarnya.
Menteri Transmigrasi Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanegara juga menegaskan pentingnya peran ilmu pengetahuan dan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Dia menekankan meski manusia seringkali menjadi penyebab utama kerusakan lingkungan, mereka juga memiliki potensi untuk memperbaikinya.
"Kekayaan alam Indonesia dan bonus demografi saat ini adalah potensi besar. Tanpa pengelolaan yang baik dan ilmu yang cukup, bisa jadi bencana," sebut Menteri Iftitah.
Presiden Komisaris NT Corp Nurdin Tampubolon dan Menteri Transmigrasi Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanegara. (Foto: Dok/NTV)
Sementara itu, Asisten Utusan Khusus Presiden Bidang Pangan, Mohammad Nur Rianto Al Arif, menggarisbawahi bahwa ketersediaan pangan adalah indikator utama kedaulatan sebuah negara.
Indonesia bahkan perlu terus berinovasi agar bisa meningkatkan status dari level ketahanan pangan menjadi kedaulatan pangan. "Ibaratnya, ketika kita mau menguasai suatu negara, kuasailah pangannya," ungkapnya.
Forum Nature 2025 menghadirkan dua sesi diskusi yang melibatkan para pakar, pejabat pemerintah, praktisi, dan akademisi.
Sesi pertama membahas isu pangan dengan menghadirkan pembicara antara lain Andriko Noto Susanto (Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan dari Badan Pangan Nasional), Drajat Martianto (Kepala Lembaga Riset Internasional Pangan, Gizi, dan Kesehatan IPB University), Britania Sari (Pendiri Akarintis dan praktisi pertanian berkelanjutan), dan Ahmad Juwaini (Ketua Dewan Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa Republika).
Sesi kedua mengulas transisi dan pembangunan energi berkelanjutan dengan narasumber seperti Hariyanto (Kepala Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral), Deon Arinaldo (Manager Energy System Transformation Institute for Essential Services Reform/IESR), dan Ari Rahim (Wakil Ketua Bidang Kerja Sama Luar Negeri Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia/METI).
"Transisi energi bukan cuma mengganti sumber, tapi juga memastikan keberlanjutan dan keamanan energi nasional," kata Ari Rahim.
Kedaulatan pangan dan energi merupakan bagian penting dari visi besar Indonesia Emas 2045. Kendati sektor pertanian saat ini masih menjadi tulang punggung dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional, sejumlah tantangan seperti infrastruktur, akses pangan, dan dampak perubahan iklim harus segera diatasi.
Di sisi lain, pemerataan akses energi, khususnya listrik, juga menjadi pekerjaan besar bagi pemerintah demi mencapai tujuan ketahanan energi nasional.
Forum Nature 2025 ini dihadiri lebih dari 200 peserta dari berbagai latar belakang, mulai dari pengusaha, perwakilan lembaga pemerintah, organisasi masyarakat sipil, akademisi hingga mahasiswa.
Acara ini terselenggara berkat dukungan sejumlah pihak seperti PT Pertamina (Persero), Wuling Motors Indonesia, PT Pegadaian, PT Pelindo Multi Terminal, Harita Nickel, PT Perkebunan Nusantara III (Persero), Chandra Karya, dan NYCTO.