Kesuksesan Taliban Bisa Jadi 'Penyemangat' Teroris Indonesia

Nusantaratv.com - 13 Desember 2021

Taliban. (Net)
Taliban. (Net)

Penulis: Mochammad Rizki

​​​​​Nusantaratv.com - Kemenangan Taliban dalam menguasai wilayah Afghanistan, seusai dikuasai Amerika Serikat (AS) disebut berdampak bagi para teroris di Indonesia. Hal itu dinilai menjadi pemacu semangat para pelaku teror. 

"Bagaimana respons Taliban ketika menang ini sebagai moral booster. Misalnya Ustaz Abdul Tholib yang ceramah di YouTube yang dengar sampai puluhan ribu. Itu sebagai euforia dan paling penting namanya online konsolidasi. Kalau dulu Ustaz Abu Fida berangkatnya oflline karena faktor pertemanan dan hari ini online konsolidasinya di FB, WA, Telegram," ujar pengamat terorisme dan Visiting Fellow RSIS, NTU Singapore, Noor Huda Ismail, Senin (13/12/2021).

Ini disampaikan Noor Huda dalam webinar "Ekses Kelompok Taliban di Afghanistan terhadap Perkembangan Radikalisme, Ekstremisme dan Terorisme di Indonesia", yang digelar Pusat Riset Ilmu Kepolisian dan Kajian Terorisme Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia. 

Menurut Noor Huda, melalui media sosial (medsos), saat ini jaringan teroris kian berkembang. Bahkan akibat dari kondisi itu, orang-orang Indonesia yang berada di Afghanistan untuk menjadi jihadis, merupakan perempuan dan anak. 

"Ini bukan main-main narasinya, sudah ada elemen Al Qaeda di Afganistan. Kita melihat isu ini hanya pakai kacamata lokal harus pakai dinamika global. Dulu hanya bisa jalur offline skarang adanya online, dengan adanya medsos rekrutmennya beragam. Contohnya kenalan saya mbak yang kerja di Hongkong itu nyumbang hasil pencurian uang majikan Rp250 juta disumbangkan ke kelompok ISIS," paparnya. 

Meski begitu, terkait pengaruh terhadap perkembangan terorisme di Indonesia, kemenangan Taliban di Afghanistan harus dilihat lebih ke arah kelompok garis keras yang tak mendapatkan kekuasaan di negara itu seperti ISIS. Noor Huda khawatir simpatisan kelompok ini semakin menggeliat di Indonesia, mengingat di Afghanistan jumlahnya dilaporkan terus meningkat.

"Taliban sebagai negara baru tidak akan mampu lawan mereka, nanti Amerika akan kerja sama lagi dengan mereka untuk nangkapin ISIS Khorasan. Mereka masih lihat-lihat tapi yang sangat antusias kesana justru pro ISIS mereka namanya ISIS Khorasan dalam diskusinya sudah muncul di ISIS ada ini, yang mereka berusaha mencari sebanyak-banyaknya dari Asia Tenggara untuk datang. Gimana kita membangun masa depan, penguatan masyarakat sipil karena permasalahan radikalisme terorisme tetap akan ada juga, makanya masyarakat harus kuat, masyakarat harus memiliki rasa 'ini masalah kita', ini tantangan ke depan," paparnya. 

Meski begitu, Taliban menurutnya tetap lah ancaman bagi Indonesia. Terutama ide-ide mereka dalam bernegara, yang cenderung konservatif dan fundamental. 

"Dari sisi bahaya keamanan negara bom-boman saya kira itu akan kecil, orang yang berafiliasinya dengan Taliban itu. Tetapi Taliban sebagai sebuah ide mengganti negara itu bermasalah," jelasnya. 

Sementara, mantan anggota Jemaah Islamiyah, Saifuddin Umar alias Abu Fida mengatakan ekses kemenangan kelompok Taliban terhadap perkembangan radikalisme di Indonesia, ialah menjadi inspirator bagi gerakan-gerakan jihad di bawah tanah. Kemudian menjadi daya tarik gerakan yang akan mengimplementasikan syariat Islam, serta jadi inspirasi kaum santri untuk berperan dalam berjihad kontemporer. 

"Memang menjadikan insipirasi apalagi dengan adanya globalisasi dan media sosial seperti masa kini. Di dalam masyarakat Afghanistan ada orang HT (Hizbut Tahrir), orang syiah sehingga menjadi daya tarik yang mengamalkan syariat Islam," ujarnya. 

Direktur Amir Mahmud Center, Amir Mahmud menambahkan, kesuksesan Taliban berdampak secara spiritual atau emosional kepada kelompok teroris Tanah Air. Keberhasilan Taliban dianggap sebagai kemenangan umat Islam khususnya bagi kelompok jihad, seperti Jamaah Ansharusy Syariah (JAS), yang telah memberikan pernyataan dukungan teroris Jabha Nusroh di Suriah. 

"Lalu munculnya paham radikalisme dan bangkitnya sel-sel teroris terutama bagi kelompok yang memiliki personalnya alumni Afghanistan," kata dia. 

Kepala Pusat Riset Ilmu Kepolisian dan Kajian Terorisme SKSG Universitas Indonesia, Sapto Priyanto mengatakan Taliban akan memberikan ruang kepada foreign fighter untuk berlatih. Kemudian, negara barat seperti Inggris, berpotensi menjadi target terorisme.

"Saya khawatirnya perkembangan di Afganistan bisa melanjutkan perjuangan atau jadi trigger terorisme," ujarnya. 

"Sebagian pelaku teror tergabung karena salah memilih ustaz untuk itu yang terpenting adalah edukasi, dari sisi kualitas dan kuantitas kita kurang untuk meredam itu. Jadi bagaimana kita meningkatkan konsep-konsep kita jelaskan sebenar-benarnya penting dikedepankan," imbuh Sapto. 

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

(['model' => $post])