Nusantaratv.com - Di sebuah sudut Kota Sibolga, sepasang suami istri lansia, Askar Simbolon (75) dan Asniar Pasaribu (69), akhirnya mewujudkan mimpi puluhan tahun mereka yakni berangkat ke Tanah Suci.
Lewat usaha kecil menjual sembako dari rumah, mereka menabung sedikit demi sedikit selama belasan tahun hingga akhirnya namanya masuk dalam daftar jemaah haji tahun ini.
Warung sembako yang menempel di rumah mereka tak pernah ramai, namun cukup untuk kebutuhan harian dan menyisihkan sebagian pendapatan untuk tabungan haji.
"Kadang sehari cuma laku lima bungkus mie instan, tapi kami tetap bersyukur, yang penting bisa nyisihin meski sedikit," ujar Asniar sambil menahan haru, seperti dikutip dari laman Kemenag, Sabtu (10/5/2025).
Sejak bertahun-tahun, mereka mulai menabung untuk mendaftar haji. Butuh beberapa tahun lebih untuk bisa mendaftar secara resmi karena terbatasnya penghasilan. Setelah itu, mereka harus menunggu antrean selama belasan tahun.
"Waktu daftar, saya masih kuat angkat karung beras sendiri. Sekarang sudah harus pakai tongkat bahkan dipapah oleh istri saya. Penyakit sudah banyak di umur tua ini," tambah Askar seraya tersenyum.
Perjalanan mereka penuh liku. Selain harus menunggu antrean panjang setelah resmi mendaftar, pandemi Covid-19 sempat menghantam usaha mereka.
Bahkan, salah satu anak mereka yang menjadi tulang punggung keluarga meninggal dunia. Sempat patah semangat, dukungan keluarga dan tetangga kembali membangkitkan asa mereka.
Awal 2025 menjadi momen penuh haru. Kementerian Agama Kota Sibolga mengabarkan jika nama mereka masuk dalam Kloter 23 Embarkasi Medan, bersama jemaah asal Medan dan Padang Lawas Utara. Tangis bahagia pun pecah di rumah sederhana mereka.
"Rasanya seperti mimpi. Belasan tahun kami menunggu. Sekarang, saat fisik mulai rapuh, Allah tetap beri kami kesempatan," ujar Asniar dengan suara bergetar.
Warga sekitar pun turut bahagia. Mereka datang beramai-ramai mengantar, mendoakan, dan membantu perlengkapan haji pasangan lansia tersebut.
Kini, dengan langkah yang perlahan namun pasti, Askar dan Asniar bersiap menunaikan rukun Islam kelima. Semangat dan keyakinan menjadi bekal utama mereka menuju Tanah Suci.
"Banyak yang bilang kami sudah tua, tapi bagi kami, ini perjalanan menuju puncak cinta pada Allah. Kami ingin berangkat dan pulang dengan hati yang bersih, ujar keduanya penuh syukur.
Kisah mereka menjadi pengingat jika ketekunan dan kesabaran bisa membuka jalan menuju mimpi besar, meski dimulai dari warung kecil di sudut kota, namun bisa membawa langkah hingga ke Tanah Suci.