Israel Goyah Soal Gencatan Senjata? Hikmahanto: Perang Sebenarnya Itu Israel vs Netanyahu

Nusantaratv.com - 27 Juni 2025

Prof. Hikmahanto Juwana, Guru Besar Hukum Internasional UI dalam acara DonCast di Nusantara TV
Prof. Hikmahanto Juwana, Guru Besar Hukum Internasional UI dalam acara DonCast di Nusantara TV

Penulis: Ramses Manurung

Nusantaratv.com-Prof. Hikmahanto Juwana, Guru Besar Hukum Internasional UI mengatakan sebenarnya perang Israel dengan Iran bukanlah perang Israel lawan "Iran" tetapi perang Israel dengan Benjamin Netanyahu. 

Hal itu disampaikan Hikmahanto Juwana saat hadir dalam acara DonCast di Nusantara TV edisi Kamis (26/6/2025) yang dipandu jurnalis senior Nusantara TV Don Bosco Selamun dan Desmona Chandra. DonCast juga menghadirkan Jurnalis/Aktivis Pro Yahudi dan Israel, Monique Rijkers sebagai narasumber. 

"Sebetulnya perang ini kalau menurut saya bukan Israel dengan tanda kutip Iran, tapi sebenarnya Netanyahu. Karena enggak bisa juga kita bilang Israel semuanya setuju. Sebagian dari rakyatnya pasti enggak setuju. Mungkin juga sebagian rakyat dia enggak mau menunjukkan kemenangan karena apa? Akan mengancam jiwa mereka ketika mereka ke luar negeri. Jadi mereka lebih baik engga usah euforia. Itu yang pertama," kata Hikmahanto Juwana.

Pendapat yang disampaikan Hikmahanto memang cukup beralasan karena banyak media internasional menyebut perang yang diancarkan Netanyahu di Gaza dan Iran hanyalah untuk tujuan politik domestik. Untuk merebut simpati rakyat Israel. Selain itu perang juga dijadikan 'tameng' oleh Netanyahu menghadapi tuduhan dugaan korupsi.

Soal gencatan senjata yang diserukan Presiden Donald Trump, menurut Hikamhanto, gencatan senjata tersebut bukan perjanjian. Sangat lemah karena sewaktu-waktu bisa dilanggar. 

Meski demikian seruan gencatan senjata tersebut diterima oleh Iran. Itu sebabnya Trump marah besar ketika Israel melanggar dengan menyerang Iran.     

"Nah ini menunjukkan apa? Trump mungkin dia enggak punya kendali terhadap Ali Khamenei, tapi dia punya kendali terhadap Netanyahu. Bahkan ada pernyataan lagi bahwa kalau misalnya Israel masih tetap menyerang Iran, maka Amerika Serikat tidak akan berada di belakang Israel. Tidak seperti yang sebelumnya," ungkapnya. 

Tapi di sisi lain, kata Hikmahanto, ada keanehan dalam seruan gencatan senjata yang diinisiasi Trump. 

"Gimana ceritanya orang yang berpartisipasi dalam perang tiba-tiba dia mediator," ujarnya.

Menurutnya perubahan sikap Trump dipengaruhi serangan Iran ke basis militernya di Qatar. Karena setelah melakukan serangan, Iran memberitahu Qatar bahwa serangan tersebut bukan bentuk permusuhan. 

"Tapi Qatar menyampaikan ke Amerika. Di situ Presiden Trump berterima kasih sama pimpinan Iran bahwa Amerika diberitahu padahal sebenarnya diberitahu ke Qatar. Bahkan Trump bilang kita enggak akan membalas. Karena apa? Biar keluar kemarahan dari Iran. Supaya apa? Supaya bisa dilakukan perundingan," tuturnya. 

"Engga boleh ada yang kehilangan muka. Itu kuncinya," imbuhnya.

Apalagi Iran kemudian mengirim Menteri Luar Negeri-nya ke Rusia untuk ketemu dengan Presiden Vladimir Putin. Usai pertemuan Putin mengatakan serangan ke situs nuklir Iran adalah pelanggaran hukum internasional.   

"Trump mikir juga kan kalau sampai dia serang lagi nanti Rusia akan ada di belakang Iran," ujarnya. 

"Kemudian Pemerintah Iran di parlemen mengatakan mau tutup Selat Hormuz. Dan itu mengguncang bursa di Amerika. Dihajar oleh bursa Amerika Trump akhirnya bilang, "Lebih baik saya mundur nih." Jangan sampai hilang muka. Makanya dia jadi mediator," pungkasnya.

Saksikan selengkapnya pembahasan kelanjutan perang Israel vs Iran di acara DonCast Nusantara TV dalam video di bawah ini.

Acara DonCast di Nusantara TV tayang setiap hari Kamis mulai pukul 20.00 WIB.

 

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close