Nusantaratv.com-Perkembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) tidak hanya menawarkan peluang inovasi, tetapi juga menimbulkan ancaman serius terhadap kelangsungan industri media.
Hal ini disampaikan Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wahyu Dhyatmika saat membuka Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 di The Hub Epicentrum, Jakarta Selatan.
Tahun ini, IDC mengangkat tema “Sovereign AI: Menuju Kemandirian Digital”, menyoroti pentingnya kedaulatan dan kemandirian industri media di tengah transformasi digital berbasis AI.
“Ada ancaman AI terhadap eksistensi media,” kata Wahyu.
Menurut Wahyu, berdasarkan riset terhadap media anggota AMSI, hampir 30 persen kunjungan ke situs media berasal dari crawler AI.
“Mereka mengambil konten media untuk membuat konten, tapi mereka tidak membayar kita. Sementara media harus membayar redaksi dan servernya. Tanpa akses pada audiens, media tidak lagi mempunyai value untuk pengiklan. Ini adalah krisis eksistensi media,” jelasnya.
Hasil riset AMSI bekerja sama dengan Monash University juga menunjukkan fakta penting tentang lanskap media digital di Indonesia. Sekitar 75 persen inovasi konten terjadi di sektor hilir, sedangkan di sektor hulu, termasuk teknik storytelling, format berita, dan jurnalisme data, masih sangat minim.
Ancaman bagi kelangsungan bisnis media tidak hanya datang dari AI. Penurunan pendapatan iklan akibat kunjungan situs rendah juga diperparah dengan dominasi pendapatan iklan dari pemerintah. Survei AMSI menemukan bahwa saat ini sekitar 80 persen pendapatan media berasal dari belanja iklan pemerintah. Ketika alokasi ini berkurang, pendapatan media ikut menurun.
Ketua Komisi Digital dan Sustainability Dewan Pers Dahlan Dahi menegaskan bahwa AI memanfaatkan berita media sebagai bahan baku secara gratis, sementara media harus mengeluarkan biaya untuk memproduksi konten.
“Kondisi ini bisa menjadi kiamat bagi industri media. Berita terancam tidak punya nilai ekonomis lagi dan eksistensi wartawan bisa tidak diperlukan lagi. Solusinya meletakkan karya jurnalistik sebagai karya yang dilindungi UU,” ujarnya.
Selain AI, Dahlan menyoroti masalah penghargaan terhadap karya jurnalistik yang belum teregulasi. Banyak kreator konten memanfaatkan berita media secara gratis untuk monetisasi.
“Ini belum diregulasi padahal seharusnya mereka bayar ke media, sehingga media bisa mendapat revenue lain selain iklan, yaitu dari lisensi konten beritanya,” kata Dahlan.
Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 berlangsung pada 22–23 Oktober 2025 dan didukung berbagai perusahaan besar, antara lain Sinar Mas Land, PT Astra International Tbk, Djarum Foundation, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., PT Pertamina (Persero), PT Harita Nickel, PT Telkom Indonesia Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), PT Indofood Sukses Makmur, Mining Industry Indonesia (MIND ID), PLN, PT Merdeka Copper Gold Tbk., PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Indosat Tbk., dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk.