Persiapan Era 5G, MPR Ajak Pemuda Perkuat Nilai Kebangsaan

Nusantaratv.com - 22 April 2021

Bambang Soesatyo, Ketua MPR RI.
Bambang Soesatyo, Ketua MPR RI.

Penulis: Mochammad Rizki

Nusantaratv.com - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengungkapkan, derasnya laju modernitas zaman telah menghadirkan berbagai lompatan kemajuan di berbagai bidang kehidupan, salah satunya di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Lompatan itu terasa nyata dalam proses migrasi aplikasi teknologi komunikasi seluler mulai dari generasi kedua atau 2G kemudian beralih ke 3G dan selanjutnya 4G LTE (Long Term Evolution).

"Disaat belum selesai mengadopsi dan menikmati berbagai modernitas dan transformasi digital yang ditawarkan teknologi 4G LTE, kini kita dipaksa untuk mengenal teknologi komunikasi seluler generasi lima atau 5G, yang akan menjadi rujukan paradigma dalam membangun peradaban dan kebudayaan baru," ujar Bamsoet dalam Webinar 'Mempersiapkan Pemuda Indonesia Menuju Era 5G', sekaligus Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bersama SAPMA PP (Satuan Pelajar-Mahasiswa Pemuda Pancasila), di Jakarta, Kamis (22/4/21).

Turut hadir, antara lain Ketua Umum SAPMA PP Aulia Arief, CEO dan Founder INFINA Oktora Irahadi serta kader SAPMA di sejumlah daerah.

Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan, karakteristik teknologi 5G menawarkan berbagai keunggulan. Antara lain kecepatan dan kapasitas data yang lebih tinggi hingga 20 giga per detik dengan kebutuhan waktu akses layanan tunda kurang dari 1 milidetik. Bisa dibayangkan betapa banyak efisiensi waktu yang dapat kita optimalkan.

"Efisiensi ini tidak hanya bermanfaat bagi industri telekomunikasi saja, namun juga dapat diaplikasikan pada berbagai bidang lainnya. Seperti pemerintahan untuk memangkas birokrasi, penyediaan fasilitas umum yang serba otonom, peralatan medis yang modern dan canggih, dan sistem transportasi publik yang terintegrasi," jelas Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menerangkan, transformasi digital yang dihadirkan teknologi 5G bahkan berpotensi mendorong lahirnya berbagai inovasi. Ditambah semakin luasnya peluang tumbuh-kembang ekonomi digital yang dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan pertumbuhan perekonomian rakyat.

"Meskipun kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta pemanfaatan internet pada semua lini kehidupan telah menawarkan banyak kemudahan dan efisiensi, namun kita juga harus tetap waspada. Jika tidak bijaksana dalam menyikapi, kemajuan teknologi tersebut tidak hanya menghadirkan kemubaziran. Tetapi juga berpotensi memberikan dampak negatif," terang Bamsoet.

Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini menuturkan, kemubaziran tersebut dapat dilihat dari fakta bahwa besarnya angka penetrasi internet oleh generasi muda sebesar 85,62 persen, ternyata tidak berbanding lurus dengan pemanfaatan yang optimal. Sebagai gambaran, survei Kementerian Tenaga Kerja pada tahun 2018 mencatat sekitar 90,61 persen pemuda menggunakan internet hanya untuk media sosial dan jejaring sosial.

"Padahal sesungguhnya internet dan teknologi informasi sangat potensial dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan produktif. Misalnya seperti apa yang dilakukan CEO dan founder INFINA Oktora Irahadi, yang memanfaatkan internet untuk mengembangkan platform digital mendorong UMKM untuk bergerak maju bersama dengan para influencer, melalui kolaborasi dalam berbagai aspek pengembangan bisnis," tutur Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menambahkan, selain kemubaziran, pesatnya kemajuan teknologi juga berpotensi memberikan dampak negatif. Misalnya, lahirnya generasi yang cenderung bersikap anti sosial. Daya magis modernitas zaman yang direpresentasikan oleh hadirnya gadget canggih yang kaya fitur, membuat generasi muda menjadi terlalu asyik dengan dunianya sendiri, sehingga cenderung abai dan acuh terhadap realita sosial dan kondisi lingkungan di sekitar mereka.

"Sisi gelap kemajuan teknologi informasi dan komunikasi juga dapat dirasakan dari maraknya hoax yang meresahkan masyarakat, serta derasnya gelombang tantangan kebangsaan yang semakin sulit dibendung. Paham radikal, sikap intoleran, dan berbagai arus pemikiran yang mengabaikan ideologi serta menggerus nilai-nilai kearifan lokal kita, begitu mudahnya terbawa arus globalisasi yang mendompleng kemajuan teknologi informasi, dan menyasar generasi muda bangsa kita," pungkas Bamsoet. (*)
 

0

(['model' => $post])

x|close