Nusantaratv.com - Upaya meningkatkan kapasitas diri melalui pola pembelajaran yang tepat, salah satu elemen penting untuk menjawab tantangan di tengah semakin cepatnya perkembangan teknologi dan arus informasi.
"Mengapa transformasi digital harus menjadi perhatian? Karena teknologinya berkembang cepat luar biasa dan peningkatan pemahaman masyarakat tidak mampu mengejar kecepatan transformasi itu," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat secara daring pada acara Temu Tokoh yang dihadiri para mahasiswa di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Jumat (15/12).
Diakui Lestari, di satu sisi transformasi digital memudahkan kaum muda menggunakan setiap platform digital untuk berbagi ide dan kreativitas.
Namun, tambah Rerie, sapaan akrab Lestari, di sisi lain, tak sedikit pihak yang menyalahgunakan kemajuan teknologi untuk tujuan tertentu yang berlawanan dengan budaya maupun hukum yang berlaku.
Transformasi teknologi informasi yang cepat, ungkap Rerie, kerap kali tidak disadari oleh penggunanya sehingga teknologi itu dimanfaatkan untuk menyebarkan konten-konten yang berdampak negatif.
Karena itu, menurut Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI itu, penting bagi generasi muda untuk meningkatkan pemahaman terhadap dirinya, serta nilai-nilai budaya, agama, moral, sejarah dan kebangsaan yang telah dimiliki bangsa ini.
Rerie menegaskan bahwa teknologi itu alat untuk mempermudah kehidupan manusia. Namun, tambahnya, seringkali tanpa sadar dengan memanfaatkan teknologi pula manusia mengikis nilai-nilai luhur yang telah dianutnya.
Pada kondisi tersebut, tegas Rerie, dibutuhkan kemampuan anak bangsa untuk memiliki pemahaman terhadap nilai-nilai yang berlaku, sehingga mampu menyaring setiap informasi dan dampak perkembangan teknologi saat ini.
Agar mampu menjawab tantangan itu, Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah berpendapat, generasi muda harus mampu mendefinisikan kembali model pembelajaran yang tepat.
Menurut Rerie, terdapat sejumlah model pembelajaran yang bisa dipilih. Antara lain, tambah dia, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek/program, pembelajaran berbasis komunitas, pembelajaran berbasis teknologi dan
pembelajaran berbasis tantangan.
Melalui pemilihan berbagai model belajar yang ada, tambah Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, generasi penerus diharapkan mampu memahami tantangan yang dihadapi tanpa meninggalkan nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki.