Nusantaratv.com - Dilihat dari perjalanan sejarah bangsa, Demokrasi yang sampai saat ini terimplementasi di Indonesia adalah juga hasil perjuangan bersama para tokoh pemuda Muslim dan pimpinan organisasi Islam, seperti Jong Islamieten Bond dan Mohammad Natsir seorang tokoh dan ulama Persis pimpinan Partai Masyumi.
Wakil Ketua MPR RI Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid, Lc, MA mengungkapkan, tujuan mereka saat berkiprah dalam konteks demokrasi sangat mulia yakni, ingin dalam menjalani kehidupan bernegara, berkontribusi untuk kemerdekaan dan kemajuan Indonesia, sekaligus juga sebagai sarana untuk menjalankan ajaran agama. Dan itu semua sesuai dengan Pancasila dari sila pertama hingga sila ke lima.
"Sehingga sudah sangat selayaknya jika warisan bersejarah dalam hal yang terkait dengan demokrasi itu, terus dijaga dan dilanjutkan oleh generasi muda saat ini," ujarnya.
Caranya, para pemuda Islam Indonesia harus semakin artikulatif di dalam menghidupkan demokrasi sebagai upaya melanjutkan peran bersejarah itu dengan satu tujuan, membantu umat dan bangsa, serta menjadi solusi atas berbagai masalahnya, serta menjawab berbagai peluang dan tantangannya. Sehingga kekhawatiran akan terjadinya pembelahan warga bangsa dan berbagai krisis yang menyertainya akan semakin terminimalisir.
Hal tersebut disampaikan Pimpinan MPR dari PKS ini, saat berdialog dengan delegasi PP Pemuda Persis yang dipimpin Ketua Umumnya Ibrahim Fahmi, di Ruang Kerja Wakil Ketua MPR, Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (20/3/2023).
Apalagi, lanjut HNW, bangsa Indonesia sudah memasuki tahun politik, karena pada tahun 2024 akan ada Pemilihan Umum. Tahun itu merupakan momentum pembuktian kiprah mensejarah generasi milenial, termasuk pemuda Islam yang terhimpun dalam Pemuda Persis untuk peduli nasib umat dan masa depan bangsa. Sebagai negara demokrasi, itulah jalur rasional dan konstitusional bagi untuk generasi milenial untuk berkiprah demi kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat.
"Saya tekankan hal itu sangatlah penting dipahami para generasi muda Islam. Sebab, mayoritas pemilih pada pemilu 2024 adalah pemilih muda sekitar 60 persen. Dengan kekuatan sebesar itu, generasi muda bisa ikut menentukan nasib bangsa, dengan mempergunakan kedaulatannya sebagai Rakyat dengan memilih pemimpin nasional dan daerah yang berkualitas serta wakil rakyat yang lebih baik dan jujur, profesional, dan benar-benar bekerja untuk negara dan rakyat," terang HNW.
Namun, lanjut HNW, tidak semua pemuda memiliki kepedulian. Banyak juga yang masa bodoh, menganggap enteng hak pilihnya bisa menentukan nasib bangsa, sehingga banyak yang anti politik. Bahkan, ada pemuda-pemuda Islam yang terpengaruh dengan pemahaman beragama yang sempit, sehingga ikut-ikutan melabeli demokrasi itu bid'ah. Padahal demokrasi bisa jadi wasilah (sarana) memperjuangkan sunnah serta maslahat rakyat. Untuk itu, HNW berharap pemuda yang peduli untuk bisa mengajak dan menularkan kepeduliannya kepada generasi muda lain yang apolitik atau tidak mempunyai kepedulian terhadap nasib umat dan bangsa yang bisa diperjuangkan melalui media demokrasi.
"Saya mempunyai keyakinan, bahwa generasi muda bisa ulangi sejarah bahkan menjawab tantangan sejarah dengan mengalahkan apatisme dikalangan generasi muda. Sebab, generasi muda memiliki kemampuan untuk saling mempengaruhi. Apalagi era ini adalah eranya kemajuan teknologi informasi seperti internet, _smart phone_ dan media sosial,” tandasnya.
HNW pun mengapresiasi program dan kinerja PP Pemuda Persis yang sudah menjadwalkan adanya sekolah politik, dan kerja volunter nyata dengan membina masyarakat di Pulau Nusakambangan.
"Begitu diterimanya mereka, sehingga pantai di sana ada yang dinamakan 'pantai Pemuda Persis'. Itu bukti nyata bahwa generasi muda Muslim tetap cinta bangsa dan negara, dan bisa memberikan kontribusi yang berkualitas dan bermanfaat untuk NKRI, karena Islam yang diyakini pemuda Muslim ini memang _rahmatan lil alamin_,” pungkasnya.