Nusantaratv.com - Organisasi Pelajar penting menikmati banyaknya tantangan. Tantangan yang ada bisa jadi vitamin bila bisa dikelola agar menjadi peluang. Tantangan dan peluang tersebut justru akan membuat diri kita menjadi tangguh, unggulan dan tidak mudah menyerah. Dan itulah yang dicontohkan oleh Bapak-bapak Bangsa saat mereka masih belajar atau kuliah di Luar Negeri seperti di Belanda maupun Mesir.
Demikian dikatakan Wakil Ketua MPR Dr. M. Hidayat Nur Wahid MA (HNW) saat menerima Pimpinan Perwakilan Pelajar Islam Indonesia (PII) Mesir, di Lt. 9, Gedung Nusantara III, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD. Senayan, Jakarta, 13 September 2022.
Kehadiran Ketua Umum Perwakilan PII Mesir Fikri Haiqal Arif yang didampingi oleh Sekretaris Umum Perwakilan PII Mesir Indri Raisa Hanum dan Kadiv Kaderisasi Korpus PII Wati Mega Asyifa ke HNW untuk menyampaikan berbagai aspirasi dan dinamika PII Mesir dalam melakukan aktivitasnya.
HNW mengungkapkan pengalaman dirinya yang pernah kuliah di di Madinah, Arab Saudi. Saat itu ia aktif dalam organisasi pelajar Indonesia, juga mengalami berbagai macam tantangan seperti yang dialami oleh PII Mesir. Kekurangan fasilitas yang ada menurutnya tidak menjadi halangan dan beban bila kita berorganisasi dilandasi dengan kesukaan, kerelaan, pengabdian dan profesionalisme, dan peduli terhadap masa depan umat dan bangsa.
"Saat di Madinah, dalam beraktivitas organisasi, kami juga menghadapi banyak keterbatasan dan tantangan," ungkap politisi dari Partai Keadilan Sejahtera itu.
"Tapi itu tidak kami jadikan sebagai penghalang, malah jadi penyemangat. Sehingga di sana saya tetap bisa aktif berorganisasi, berdakwah, dan berolahraga tanpa melupakan sukses study juga," tambahnya.
Menurut pria asal Klaten, Jawa Tengah, itu yang diperlukan generasi muda saat ini adalah agresifitas, mobilitas, totalitas, dan intelektualitas. Kuliah di Mesir tentu harus terpatri keseriusan yang lebih sebab tidak mudah dan murah kuliah di negeri Piramida itu. Segala kesulitan dan biaya yang tak murah harus menghasilkan pelajar Indonesia dengan kualitas yang lebih tinggi dari kalau belajar di dalam negeri.
Kader PII sesuai namanya, harus mempunyai nilai lebih dibanding dengan kader organisasi pelajar dan mahasiswa lainnya. Kader organisasi ini harus menunjukkan keislaman dan keintelektualannya dan keberpihakannya kepada bangsa dan negara Indonesia, sebagaimana dicontohkan oleh beberapa diceritakan pada masa sebelum Indonesia merdeka sudah banyak pelajar dari Indonesia yang kuliah di Mesir. Mereka di sana juga mengalami banyak tantangan namun ia tetap bisa menjalankan keintelektualitasnya. Pelajar-pelajar Islam yang di Mesir pada saat perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia seperti Kahar Mudzakkir maupun Saridi (Rasyidi) kerap menulis dan mempublikasikan perjuangan Bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaannya. Dan lewat tulisan-tulisan itulah bangsa Arab seperti Mesir dan lain2nya banyak tahu tentang perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia.
"Dari sinilah Mesir dan beberapa negara Arab menjadi yang pertama mendukung kemerdekaan Indonesia. Dukungan Mesir atas kemerdekaan Indonesia itulah yang membuat hubungan Indonesia-Mesir tercatat dalam sejarah emas kedua negara. Peran2 penting dan sukses sebagai organisator, aktivis pembela bangsa dan intelektual seperti yang dicontohkan oleh alumni2 Kairo Mesir seperti Kahar Mudzakkir, Rasyidi dll, penting dilanjutkan dan dihadirkan kembali dan terus menerus oleh Pelajar dan Mahasiswa Islam Indonesia di Mesir, dengan tetap mengantisipasi perkembangan zaman dengan generasi milenial, Z dan Alpha. Itulah medan juang mereka sekarang dan saat yang akan datang," pungkasnya.