Nusantaratv.com - Wakil Ketua MPR Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid, MA mengatakan menuju Indonesia Emas tahun 2045, para mahasiswa, kaum terpelajar, dan generasi milenial terutama BEM PTMAI (Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Mahasiswa Muhammadiyah Aisyiyah Indonesia) agar turut aktif berkontribusi hadirkan bonus demografi positif dengan meneruskan orientasi ber-Pancasila sebagaimana dicontohkan oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah, Bapak-bapak bangsa seperti KH Mas Mansoer, KH Abdul Kahar Muzakkir dan Ki Bagus Hadikusumo, dengan tidak berputus-asa sebagaimana diingatkan oleh mantan Ketum PP Muhammadiyah Prof Syafii Ma’arif, malah terus melanjutkan jihad konstitusi meluruskan kiblat bangsa bila melenceng atau ada yg berupaya untuk membuatnya melenceng, sebagaiamana digagas oleh mantan ketum PP Muhammadiyah, Prof Dien Syamsuddin.
“Maka menjadi sangat penting memahami dan mendalami Pancasila. Agar mudah dipahami adanya relasi yang sangat kuat antara lima sila dalam Pancasila dengan tokoh-tokoh umat Islam dari beragam ormas, bahkan ketua PB Muhammadiyah Ki Bagus Hadikusumo terlibat secara langsung berada di garda terdepan bermusyawarah dengan tokoh-tokoh lainnya, melakukan refleksi dan melakukan koreksi. Keberanian dan Kepeloporan dalam jihad dan ijtihad olh Ki Bagus Hadikusumo Ketua PB Muhammadiyah waktu itu, agar tetap dilanjutkan dan sukses diperjuangkan oleh generasi muda pengisi kemerdekaan, seperti para mahasiswa,” kata Hidayat Nur Wahid ketika memenuhi undangan untuk menyampaikan materi dalam penutupan Silaturahim Wilayah BEM-PTMAI Zona V Jawa Timur-Bali, di Surabaya, Minggu petang (30/7/2023).
Penutupan Silaturahim Wilayah BEM-PTMAI Zona V Jawa Timur - Bali ini dihadiri Rektor Universitas Muhammadiyah, Dr. dr. Sukadiono, Wakil Rektor II Dr. Endah Hedarwati, SE, MPd, Wakil Rektor III, Ma’ruf Sya’ban, ST, SE, M.Ak, jajaran dekan, dosen UMS, anggota DPR RI Sigit Sosiantomo, Dewan Pengurus PKS Jawa Timur, Presidium BEM PTMAI, dan keluarga besar PTMAI Zona V Jawa Timur-Bali.
Menyampaikan materi tentang “Refleksi Nilai-Nilai Pancasila dalam Perspektif Keagamaan Guna Menguatkan Peran Pemuda Untuk Bangsa Berkemajuan”, HNW mengatakan bahwa proses menghadirkan ideologi negara Indonesia merdeka, memiliki relasi kuat dengan tokoh-tokoh umat Islam, bapak-bapak bangsa dari kalangan Muhammadiyah. Tokoh-tokoh Muhammadiyah seperti K.H. Mas Mansur dan K.H. Kahar Muzakir, Ki Bagus Hadikusumo, ketiganya menjadi anggota Badan Penyelidik Persiapan Usaha Kemerdekaan (BPUPK).
Kemudian dalam Panitia Sembilan yang menyepakati Pancasila, juga ada tokoh Muhammadiyah, yaitu K.H. Bagus Hadikusumo yang kemudian diganti K.H. Kahar Muzakir. Dalam Panitia Sembilan, ada tokoh Muhammadiyah KH Abdul Kahar Mudzakkir, yang hadirkan kompromi soal ideologi negara sehingga menyepakati dasar dan ideologi Negara adalah Pancasila. K.H. Kahar Muzakir bersama tokoh NU K.H Wahid Hasyim, dan tokoh Partai Syarikat Islam Abikoesno Tjokrosujoso, dan H. Agus Salim, bersama lima tokoh kebangsaan lainnya menyepakati Pancasila yang rumusan finalnya adalah yang diputuskan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945, disitu ada tokoh-tokoh Muhammadiyah juga seperti Ki Bagus Hadikusumo, Mr Kasman Singodimejo dan lain-lain.
“Maka Pancasila dengan banyak terminologi yang diserap dari ungkapan al Quran dan as Sunnah seperti adil, adab (sila ke 2), rakyat, hikmat, musyawarat, wakil (sila ke 4), serta adil dan rakyat (sila ke 5), adalah warisan perjuangan jihad dan ijtihad dari para tokoh-tokoh Islam termasuk dari Muhammadiyah, maka wajar bila Muhammadiyah menyebut bahwa Indonesia adalah Darul ‘Ahdi wa asyahadah. Pancasila adalah kesepakatan yang di dalamnya ada peran tokoh-tokoh umat Islam, baik dari lintas ormas (NU, Muhammadiyah, PUI), dari partai Islam yang beragam (Partai Islam Indonesia, Masyumi, Partai Sarekat Islam, Partai Penyadar), tentu saja bersama tokoh-tokoh bangsa yang lain dengan latar mereka yang beragam. Tokoh-tokoh Muhammadiyah telah memberikan keteladanan, berani tampil bersama tokoh-tokoh bangsa lainnya, mencari solusi, dan membuat keputusan bersama para Bapak Bangsa dari latar belakang yang berbeda,” lanjut Wakil Ketua MPR dari Fraksi PKS ini.
Menurut HNW, refleksi nilai-nilai Pancasila seperti ini agar menjadi pemicu bagi para mahasiswa yang terhimpun dalam BEM PTMAI Zona V Jawa Timur-Bali agar tidak lagi mempunyai jarak dengan bangsa dan negara dan Pancasilanya, apalagi kemudian bingung, menjadi penonton, atau malah tidak peduli karena asyik dengan drakor, buang waktu dengan game online, terpengaruh dengan budaya global yang destruktif, sehingga kemudian tidak maksimal untuk merefleksikan, mengamalkan dan memperjuangkannya, sebagaimana dicontohkan dengan sangat baik oleh Ki Bagus Hadikusumo.
HNW menambahkan adanya visi Indonesia Emas tahun 2045 untuk menjadikan Indonesia yang maju, adil, makmur, dan berdaulat melalui pembangunan sumber daya manusianya. Pembangunan SDM dalam konteks visi Indonesia Emas 2045, eranya para mahasiswa sekarang, itu harus dikembalikan pada pijakan dan ideologi besar yang ada Pancasila, dengan memaknai dan memahami Pancasila dengan baik dan benar, agar tetap bisa dilaksanakan dengan baik dan benar pada peringantan 100 tahun Indonesia Merdeka.
Selain itu, lanjut HNW, menuju Indonesia Emas Tahun 2045, para pemuda, pelajar, mahasiswa agar berani untuk meluruskan kiblat bangsa agar sesuai dengan Pancasila dan pembukaan UUD NRI Tahun 1945, agar terus bisa mewujudkan cita-cita Proklamasi Indonesia Merdeka dan juga tuntutan reformasi. “Mahasiswa Muhammadiyah dan Aisyiyah apalagi para pimpinannya, bisa ulangi dan lanjutkan peran mensejarah untuk mengkoreksi kiblat bangsa agar tidak menyimpang, agar dapat berkontribusi wujudkan cita-cita Indonesia Merdeka,” tuturnya.
HNW berharap refleksi nilai-nilai Pancasila bisa dihadirkan melalui program-program kegiatan di PTMAI dengan semangat “fastabiqul Khairat” (berlomba dalam segala kebajikan) yang menjadi ciri dan spirit para mahasiswa Muhammadiyah. Selain akidah yang kuat, keberagamaan yang berbasiskan pada kecintaan terhadap umat, bangsa dan negara, serta perwujudan mashlahat dengan pendekatan ijtihad dan tajdid, sehingga bisa menghadirkan solusi, melalui rasionalitas yang unggul yang bisa hadirkan visi kehidupan berbangsa dan bernegara yang berkemajuan, sehingga kemudian Muhammadiyah selalu bisa kembali menghadirkan para tokoh-tokoh muda dan kader-kadernya, menjadi tokoh-tokoh bangsa mewujudkan visi Indonesia Emas tahun 2045,” pungkasnya