Dirosah Kebangsaan di Pesantren Daarut Fath, HNW: Umat Islam Harus Memahami Keberagaman dan Bekerja Sama dengan Kelompok Manapun

Nusantaratv.com - 27 Mei 2022

Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid . Foto: Dok MPR
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid . Foto: Dok MPR

Penulis: Ramses Manurung

Nusantaratv.com-Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid memaparkan nilai-nilai kebangsaan dalam kegiatan 'Dirosah Kebangsaan' Pondok Pesantren Tahfizhul Quran (PPTQ) Daarul Fath, Pengging, Kecamatan Teras, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (26/5/2022) yang dihadiri ratusan santri dan santriwati.

Dirosah Kebangsaan dengan tema ‘Pesantren Sebagai Salah Satu Pilar Penguatan Nilai-Nilai Kebangsaan’ itu sangat istimewa.

Selain  dari Hidayat Nur Wahid yang akrab disapa HNW, para santri dan santriwati juga mendapat paparan nilai-nilai kebangsaan dari Kasatbimas Polres Boyolali, AKP Maryanto; dan Danramil Teras Kapten Dwi Supriyanto. 

HNW mengatakan peserta Dirosah Kebangsaan bukan generasi muda biasa. Mereka adalah generasi muda calon penghafal Al Quran. Sebagai generasi muda yang didik di lembaga pendidikan agama Islam, para santri itu akan menjadi pelanjut, penerus, dan pengganti ulama, kiai, dan ustad yang ada. 

"Mereka juga akan menjadi generasi penerus bangsa," ujar pria alumni Pondok Pesantren Gontor itu.

Dalam pemaparan materi, HNW menyampaikan sejarah peran-peran yang telah dilakukan oleh pesantren, ulama, kiai, dan santri, dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa di tengah keberagaman. Tauladan yang diwariskan oleh mereka diharap oleh politisi dari Partai Keadilan Sejahtera itu tetap dirawat, dijaga, dan diteruskan oleh para santri dan santriwati.

HNW menegaskan agar generasi muda yang menempuh pendidikan di pesantren selain fokus untuk belajar dan menghafal Al Quran, juga mengamalkan ajaran Al Quran tentang menghormati keberagaman umat manusia. Keberagaman suku, agama, bahasa, dan perbedaan yang lainnya yang ada di Indonesia menurut pria asal Klaten, Jawa Tengah, itu juga perlu dipahami dan mengerti oleh para santri dan santriwati. 

"Sebagai umat Islam kita wajib bekerja sama dengan kelompok manapun," paparnya. 
"Kita perlu bekerja sama dalam kebaikan dan kebajikan yang tidak melanggar hukum," tambahnya.

HNW menekankan keberagaman yang ada untuk diharmonisasikan bukan malah dijadikan sarana untuk memecah belah, adu domba, atau saling menegasi. 

"Para santri dan santriwati pasti menghafal aya-ayat tentang keberagaman," tuturnya. 

Ayat-ayat seperti itu disebut harus diamalkan atau diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 

"Dari sinilah, pesantren akan menjadi pilar yang kuat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," ujarnya.

Alumni program magister dan doktor Universitas Madinah, Arab Saudi, itu mengakui keberadaan pondok pesantren di Indonesia dari waktu ke waktu semakin mendapat posisi yang semakin baik dalam dunia pendidikan di Indonesia. Banyak alumni pesantren diterima di berbagai perguruan tinggi favorit di dalam dan di luar negeri. 

"Saya mendengar alumni PPTQ Daarul Fath ada yang diterima di fakultas kedokteran," ujarnya.

Pria yang juga pernah nyantri di Pondok Pesantren Wali Songo, Ngabar, Ponorogo, itu mengatakan Sosialisasi Empat Pilar MPR dilakukan dengan berbagai kelompok dan segmen masyarakat. Pondok pesantren yang memiliki peran strategis di masyarakat disebut sering dan banyak dilibatkan dalam sosialisasi. 

"Sosialisasi yang dilakukan oleh MPR direspon baik oleh pesantren," ujarnya. 
Pondok pesantren ingin agar acara seperti itu terus dilanjutkan di sana. 

"Nah, hari ini kita bekerja sama dengan PPTQ Daarut Fath untuk sosialisasi nilai-nilai kebangsaan," pungkasnya. 

0

(['model' => $post])

x|close