Upacara Ngarot dan Mitos Keperawan Gadis Indramayu

Nusantaratv.com - 15 Oktober 2021

Gadis-gadis Indramayu mengikuti upacara Ngarot (net)
Gadis-gadis Indramayu mengikuti upacara Ngarot (net)

Penulis: Alamsyah | Editor: Alamsyah

Nusantaratv.com - Bagi masyarakat Indramayu, Jawa Barat, keperawanan seorang anak gadis dapat terlihat melalui gelaran upacara Ngarot. Tradisi Ngarot yang digelar setiap empat tahun sekali di Desa Lelea ini, sebagai bentuk syukur karena warga sudah bisa memulai menggarap sawah dan ladang mereka.

Pada upacara adat itu, pria dan wanita yang belum menikah dikumpulkan. Para pria bujang diharapkan bisa berperan dan bekerja sama dalam memajukan pertanian, khususnya dalam hal mengolah padi di sawah.

Sementara bagi para gadis, mereka bisa belajar bagaimana mengantarkan makanan ke sawah setelah para pria bekerja dan bercocok tanam.

Upacara Ngarot ini juga bertujuan agar para pria dan wanita dapat membina pergaulan sehat dengan cara saling mengenal, saling menjaga sikap dan perilaku sesuai dengan tuntunan agama dan adat budaya Sunda. Terkadang tradisi masyarakat agraris ini juga dijadikan ajang cari jodoh.

Upacara Ngarot menurut masyarakat setempat memiliki mitos kuat terkait status keperawanan seorang anak gadis.

Seorang pelaku entrepreneur Indramayu bernama Jay Khresna mengungkap tentang mitos upacara Ngarot ini. Menurutnya, tanda-tanda keperawanan seorang anak gadis terlihat ketika mereka memakai hiasan bunga Kenanga dan Melati.

"Kalau bunga yang dipakai itu terlihat layu saat dipakai, maka perempuan itu sudah tak gadis lagi." Kata Jay Khresna.

Entah benar atau tidak. Yang jelas upacara leluhur itu telah ada sejak tahun 1686. Dimana saat itu Kepala Desa Lelea pertama yang bernama Canggara Wirena, mencetuskan diadakannya upacara tersebut.

Canggaran Wirena berterimakasih kepada Tetua Desa Lelea yaitu Ki Kapol yang telah mewakapkan sawah seluas 2,6 hektare untuk digarap oleh pemuda dan pemudi.

Upacara Ngarot yang masih ada sampai saat ini, sejatinya belum diketahui banyak oleh warga setempat secara harfiah.

Karena itulah, untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat akan arti pentingnya status seorang perempuan di tengah masyarakat, pemerintah setempat menukil kisah adat Ngarot ini lewat sebuah film layar lebar.

Bupati Indramayu Nina Agustina turun langsung dalam produksi film sekaligus juga menjadi bagian dari sejumlah pemainnya.

Putri mantan Kapolri, Da'i Bachtiar itu menginginkan semua perempuan di Indramayu menjadi perempuan yang bermartabat. Karena itu film ini memberikan contoh pentingnya menjaga harkat serta martabat diri sebagai seorang perempuan.

"Film ini mengangkat isu gender yang ada di Indramayu. Saya ingin semua perempuan Indramayu maju, pintar dan cerdas. Saya mau perempuan Indramayu bermartabat." Ujar Bupati Nina Agustina.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

(['model' => $post])