Uni Eropa Setujui Booster Vaksin Covid-19 Pfizer untuk Usia 18 Tahun ke Atas

Nusantaratv.com - 05 Oktober 2021

Ilustrasi vaksin Covid-19. (The Texas Tribune)
Ilustrasi vaksin Covid-19. (The Texas Tribune)

Penulis: Adiantoro

Nusantaratv.com - Regulator obat Uni Eropa (UE) pada Senin (4/10/2021) memberi dukungan untuk suntikan booster bagi vaksin Covid-19 Pfizer/BioNTech, bagi mereka yang berusia 18 tahun ke atas.

European Medicines Agency (EMA) mengatakan dosis booster 'dapat dipertimbangkan setidaknya 6 bulan setelah dosis kedua, bagi mereka yang berusia 18 tahun ke atas'.

Dikutip dari The Associated Press (AP), Selasa (5/10/2021), komite obat-obatan bagi manusia di EMA mengeluarkan rekomendasi setelah mempelajari data vaksin Pfizer yang menunjukkan peningkatan kadar antibodi setelah pemberian suntikan penguat sekitar enam bulan setelah dosis kedua, pada orang yang berusia 18 hingga 55 tahun.

EMA juga mengatakan mendukung pemberian dosis ketiga vaksin Pfizer/BioNTech atau Moderna kepada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh sangat lemah, setidaknya 28 hari setelah suntikan kedua.

EMA mengungkapkan keputusan itu diambil setelah penelitian menunjukkan jika dosis ekstra vaksin itu akan meningkatkan kemampuan orang menghasilkan antibodi terhadap virus yang menyebabkan Covid-19 pada pasien transplantasi organ dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

"Meskipun belum ada bukti langsung kemampuan memproduksi antibodi pada pasien-pasien ini akan melindungi mereka terhadap Covid-19, dosis ekstra itu diperkirakan akan meningkatkan perlindungan, setidaknya pada sebagian pasien," terang EMA.

Rekomendasi EMA akan disampaikan pada pihak berwenang di seluruh 27 negara anggota Uni Eropa. Sebagian diantara mereka bahkan telah mulai memberikan suntikan booster ini.

Baca Juga: Efektivitas Vaksin Covid-19 Pfizer/BioNTech Turun Jadi 47 Persen Setelah 6 Bulan

Sejumlah penelitian menunjukkan vaksin Pfizer-BioNTeach dan Moderna tetap sangat memberi perlindungan, bahkan berbulan-bulan setelah orang divaksinasi dosis kedua, dan secara dramatis mengurangi risiko rawat inap dan kematian.

Direktur Jenderal (Dirjen) WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus telah mendesak negara-negara kaya untuk tidak menggunakan vaksin booster tahun ini, dengan mengatakan tidak ada data ilmiah yang membuktikan suntikan itu diperlukan. 

Ditambahkannya, vaksin Covid-19 akan lebih bermanfaat bagi negara-negara berkembang, di mana masih banyak orang bahkan belum divaksinasi dosis pertama.

Pada bulan lalu, pemerintah Amerika Serikat (AS) meluncurkan kampanye yang menawarkan booster vaksin Covid-19 Pfizer/BioNTech pada jutaan warga, bahkan ketika pejabat-pejabat kesehatan federal menekankan jika masalah utama yang harus segera diselesaikan adalah memberikan suntikan dosis pertama pada mereka yang masih belum divaksinasi.

Vaksin Pfizer/BioNTech mengatakan dalam pernyataannya jika mereka 'tidak mengharapkan pengenalan dosis booster di AS dan UE, jika diizinkan, untuk memengaruhi perjanjian pasokan yang ada dengan pemerintah dan organisasi kesehatan internasional di seluruh dunia'. Diketahui, pandemi Covid-19 telah menewaskan sedikitnya 4,8 juta orang di seluruh dunia.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

(['model' => $post])