Taliban Berkuasa, Harga Opium di Afghanistan Meroket

Nusantaratv.com - 09 Oktober 2021

Para petani di Afghanistan mengandalkan opium untuk bisa bertahan dalam situasi krisis ekonomi saat ini/ist
Para petani di Afghanistan mengandalkan opium untuk bisa bertahan dalam situasi krisis ekonomi saat ini/ist

Penulis: Ramses Manurung

Kabul, Nusantaratv.com-Pasca berkuasanya kembali Taliban di Afghanistan, perekonomian di negara itu mengalami krisis dan di ambang kehancuran. Namun menariknya pada saat yang sama harga opium di Afghanistan justru meroket. 

Meski menjual opium yang tergolong narkotika dilarang dalam Islam, namun warga Afghanistan yang mayoritas muslim tetap nekat berjualan opium. 

Amanullah dan rekannya Muhammad Masoom warga Kota Kandahar, Afghanistan sangat memahami jika opium adalah benda yang diharamkan dalam Islam. Namun ia mengaku terpaksa menjual opium karena  tak punya pilihan lain saat ini

"Itu haram (dilarang) dalam Islam, tapi kami tidak punya pilihan lain," kata Masoom, di pasar di dataran gersang Howz-e-Madad, di provinsi Kandahar mengutip okezone, Sabtu (9/10/2021). 

Sejak Taliban menumbangkan pemerintah Afghanistan, harga opium yang telah diubah menjadi heroin baik di Afghanistan, Pakistan dan Iran telah meningkat tiga kali lipat. 

Masoom mengungkapkan penyelundup sekarang membayarnya 17.500 PKR (Rp1,4 juta) per kilogram. Di Eropa ia memiliki nilai jalanan lebih dari USD50 (Rp713.000) per gram.

Ia mengatakan sebelum Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan harga opium hanya sepertiga dari sekarang ini. 

Hal senada dikatakan Zekria seorang petani opium. Zekria menyebut harga opium di Afghanistan sekarang ini meroket. 

Ia mengaku sekarang mendapat lebih dari 25.000 PKR (Rp2 juta) per kilo, naik dari 7.500 (Rp626.000) sebelum Taliban berkuasa.

Para produsen, penjual dan pembeli meyakini meroketnya harga opium di Afghanistan sekarang ini dipicu oleh pernyataan yang dilontarkan oleh juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid pada bulan lalu. 

Ketika itu, Zabihullah menyatakan kepada dunia bahwa Taliban tidak ingin melihat "narkotika apa pun diproduksi" seraya menambahkan  bahwa dukungan internasional diperlukan untuk memungkinkan petani beralih dari perdagangan.

Kini mulai terdengar desas-desus Taliban akan memberlakukan aturan larangan menanam opium.

Baca juga: Masjid di Afghanistan Dibom Saat Salat Jumat, 50 Orang Tewas

Menurut Zekria kelangkaan akan membuat harga opium melonjak. 

Zekria tidak percaya Taliban "dapat membasmi semua poppy (pertanian) di Afghanistan".

Diketahui, saat berkuasa pada tahun 2000 Taliban melarang penanaman opium. Ditegaskan opium dilarang menurut Islam dan hampir membasmi tanaman itu.

Namun setelah penggulingan Taliban yang dipimpin AS pada tahun 2001, pertanian opium kembali berkembang biak. 

Menariknya, setelah tergusur dari kekuasaan dan menjadi pemberontak Taliban mengandalkan produksi opium untuk membiayai pemberontakan mereka.

Berdasarkan data PBB produksi opium di Afghanistan pada tahun lalu mencapai 6.300 ton. 

PBB memperkirakan bisnis opium menghasilkan pendapatan Rp28,5 triliun bagi Afghanistan. Karena itu para petani opium di Afghanistan berkeyakinan bisnis haram ini tak akan pernah dibasmi. 

Zekria menyatakan saat ini tidak ada solusi lain kecuali masyarakat internasional membantu warga Afghanistan. 

"Tanpa opium, saya bahkan tidak bisa menutupi biaya hidup saya dan keluarga," pungkasnya.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

(['model' => $post])