Nusantaratv.com - Hari Minggu 2 Oktober 2022, masyarakat Indonesia akan merayakan Hari Batik Nasional.
Perayaan Hari Batik Nasional yang diadakan setiap tahun ini terjadi setelah batik diakui sebagai warisan budaya dunia tak benda dari Indonesia.
Batik dinilai sebagai identitas bangsa Indonesia dan menjadi bagian penting bagi Warga Negara Indonesia. Batik merupakan teknik menghias pada sepotong kain dengan mencanting ataupun mencelup yang mengandung nilai, makna, dan simbol budaya. Batik Indonesia memiliki banyak simbol yang bertautan erat dengan status sosial, kebudayaan lokal, alam dan sejarah dari motif batik itu sendiri.
Perkembangan batik di Indonesia telah menggores nilai seni yang sangat tinggi dan apik untuk dinikmati masyarakat baik domestik maupun mancanegara. Saat ini, batik diproduksi dari berbagai daerah di Indonesia, diantaranya adalah Solo, Yogyakarta, Madura, Cirebon, Bali, Pekalongan, Tasikmalaya, Minahasa, serta Minagkabau. Masing-masing daerah memiliki ciri motif dan keunikan yang berbeda. Setiap goresan motif pada batik merupakan simbol yang mengandung pesan tersirat di dalamnya.
Batik pertama kali diperkenalkan pada dunia Internasional pada saat konfrensi PBB, oleh Presiden Soeharto pada masanya. Yang kemudian pada masa pemerintahan Soesilo Bambang Yudhoyono, tanggal 9 Januari 2009, batik resmi terdaftar sebagai Intagible Curtural Heritage (ICH) atau karya Agung Budaya Lisan dan Tak Benda Warisan Manusia di UNESCO sebagai wujud keunikan dari pengetahuan kolektif yang diwariskan dari masa lampau tetapi masih hidup dan berdampingan dengan masyarakat hingga sekarang.
Pada saat sidang ke empat komite antar pemerintah tentang warisan budaya tak benda yang diselenggaraklan UNESCO di Abu Dhabi yang diselenggarakan pada 2 Oktober 2009, UNESCO menetapkannya sebagai hari Batik Nasional. Dengan demikian, di bawah pemerintahan Soesilo Bambang Yudhoyono, Pemerintah Indonesia menerbitkan Kepres No 33 Tahun 2009 berisi tentang penetapan hari Batik Nasional.
Tentang kepemilikan budaya batik, Malaysia pernah mengkalim bahwa batik adalah milik mereka. Polemik pun muncul akibat klaim Negeri Jiran terhadap batik ini. Dikarenakan kemiripan kultural budaya antara Indonesia dan Malaysia menjadi salah satu penyebab terjadinya perseteruan terkait perebutan hak milik yang tidak hanya terjadi pada budaya batik saja. Ada pula kesamaan garis histori serta kemiripan bahasa menjadi penyebab lain dari perebutan hak milik.
Maka dengan ditetapkannya hari Batik Nasional, Sekertaris Jendral Mentri Dalam Negeri Hadi Prabowo menandatangani Surat Edaran Nomor 003.3/10132/SJ tentang pemakaian baju batik untuk memperingati hari Batik Nasional. Hal tersebut, dilaksanakan guna meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap upaya perlindungan dan pengembangan batik Indonesia.
Berikut ini adalah dua metode pengolesan lilin yang paling umum:
Batik Tulis
Menggunakan canting (juga dikenal sebagai tjanting), cerat tembaga kecil dengan gagang bambu atau kayu, desain ditarik ke kain dan digantung di atas bingkai hingga kering. Canting dicelupkan ke dalam panci berisi lilin panas dan kemudian dibiarkan menetes ke kain melalui cerat di bagian bawah pot.
Kedua sisi kain dilapisi lilin untuk menciptakan daya tahan yang kuat. Karena batik tulis membutuhkan waktu dan tenaga yang jauh lebih banyak, harganya lebih mahal daripada jenis batik lainnya.
Batik Cap (Tjap) – Batik yang Dicap Tangan
Kain diletakkan di atas meja empuk, dan lilin diaplikasikan menggunakan cap tembaga (juga dikenal sebagai topi atau tjap). Tutup dipanaskan dalam panci lilin panas dan kemudian ditekan ke kain dengan mesin pengepres.
Jelas, ini jauh lebih efisien daripada menggambar tangan dan dapat digunakan untuk membuat pola desain yang berulang. Kedua sisi kain biasanya dililin dalam kasus ini juga.
Batik dengan Zat Warna
Dalam pewarnaan tradisional, warna biru tua diperoleh dari tanaman nila, yang tumbuh subur di Jawa dan dibudidayakan karena kandungan pewarnanya, dan warna kuning hingga coklat tua diperoleh dari berbagai kulit pohon, inti kayu, dan akar, yang disebut “soga”. .” Di utara, pewarna merah cemerlang juga terkenal digunakan, yang berasal dari akar pohon mengkudu (morinda citrifolia).
Pewarna sintetis diperkenalkan pada awal abad kedua puluh dan diadopsi dengan antusias di daerah pesisir, di mana batik terus lebih berwarna dan bervariasi hingga hari ini.
Sumber: moderatpers.com