Nusantaratv.com - NASA kini mengandalkan kecerdasan buatan (AI) untuk memahami perilaku matahari dengan lebih akurat.
Dalam pengumuman resminya, seperti dikutip dari United Press International (UPI), Jumat (22/8/2025), Badan Penerbangan dan Antariksa (National Aeronautics and Space Administration/NASA) Amerika Serikat (AS), memperkenalkan model AI baru bernama Surya, hasil kolaborasi dengan IBM dan sejumlah mitra lainnya.
Model AI yang disebut Surya Heliophysics Foundational Model ini dikembangkan berdasarkan data selama sembilan tahun dari Observatorium Dinamika Surya milik NASA.
Nama Surya, yang berarti "matahari" dalam bahasa Sanskerta, dipilih sebagai penghormatan terhadap fokus utama model ini.
Menurut Kepala Ilmu Data NASA, Kevin Murphy, model ini mewakili lompatan besar dalam pemanfaatan data ilmiah.
"Kami memajukan sains berbasis data dengan mengintegrasikan keahlian ilmiah NASA yang mendalam ke dalam model AI mutakhir," ujar Kepala Data Sains NASA, Kevin Murphy, dalam rilis tersebut.
"Dengan mengembangkan model dasar yang dilatih berdasarkan data heliofisika NASA, kami mempermudah analisis kompleksitas perilaku matahari dengan kecepatan dan presisi yang belum pernah ada sebelumnya," lanjutnya.
Surya memiliki kemampuan untuk memantau dan menganalisis aktivitas matahari seperti semburan surya, serta memprediksi dampaknya terhadap Bumi, terutama pada sistem komunikasi, satelit, dan jaringan listrik.
Selain itu, Surya juga mampu memperkirakan pengaruh radiasi ultraviolet terhadap atmosfer atas serta memetakan kecepatan angin matahari.
Direktur Divisi Heliofisika NASA, Joseph Westlake, menekankan pentingnya model ini bagi kehidupan modern.
"Kita hidup di dunia yang sangat bergantung pada teknologi yang rentan terhadap cuaca antariksa. Seperti halnya prakiraan cuaca Bumi, prakiraan cuaca luar angkasa memungkinkan kita bersiap terhadap gangguan dari aktivitas matahari," ungkapnya.
Fisikawan surya Andrés Muñoz-Jaramillo dari IBM menambahkan, tujuan utama pengembangan Surya adalah memberikan waktu persiapan lebih lama terhadap dampak aktivitas matahari.
"Kami berharap model ini dapat mengungkap pola-pola penting dalam evolusi bintang kita, sehingga manusia bisa bertindak lebih cepat dan tepat," jelasnya.
Menariknya, meskipun fokus utamanya adalah Matahari, model ini juga berpotensi diaplikasikan untuk eksplorasi ilmiah lain, termasuk pengamatan Bumi dan penelitian planet lain.
NASA dan IBM juga merilis model Surya secara terbuka di platform seperti Hugging Face, GitHub, dan TerraTorch milik IBM, bersama kumpulan data pelatihan yang dinamakan SuryaBench.
Juan Bernabé-Moreno dari IBM menyatakan kemitraan ini telah membuka babak baru dalam riset ilmiah.
"Sejak 2023, kami bersama NASA telah menciptakan model-model AI yang mendorong batas pemahaman kita tentang planet dan luar angkasa. Surya menjadi model fundamental pertama yang dirancang untuk menatap matahari dan memprediksi suasananya," tukasnya.