Nusantaratv.com - Pemerintah China kini semakin khawatir melihat industri otomotif dalam negeri terjebak dalam perang harga yang makin intens, terutama di segmen mobil listrik.
Dikutip dari Carscoops, Kamis (7/8/2025), persaingan ketat antar produsen membuat harga kendaraan jatuh, dan ini dikhawatirkan mengganggu stabilitas ekonomi nasional.
Presiden Xi Jinping turut buka suara. Dia memperingatkan bahaya dari fenomena "involusi", kondisi di mana perusahaan terus menggelontorkan investasi besar namun dengan hasil yang makin kecil.
Meski peringatannya mencakup sektor seperti kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan komputasi, industri otomotif menjadi sorotan utama.
Harga Anjlok, Kekhawatiran Meningkat
Beberapa produsen mobil telah menurunkan harga hingga ke level yang dianggap tak masuk akal di pasar Barat. Misalnya, BYD menjual Seagull, mobil listrik subkompak, seharga sekitar US$7.800 (setara Rp127,61 juta) di China.
Sementara versi Eropanya dijual seharga US$26.000 (Rp425,37 juta). Selisih ini tetap besar meskipun sudah memperhitungkan tarif impor.
Meskipun pemain besar seperti BYD, Li Auto, dan Seres masih mencatat keuntungan, banyak merek lain yang masih merugi.
Sebagian besar produsen kendaraan listrik baru bahkan diperkirakan tidak akan bertahan dalam beberapa tahun ke depan.
Diskon di industri mobil listrik pun melonjak hingga rata-rata 17% pada April 2025, naik tajam dari 8% pada tahun sebelumnya.
Sebagai respons, pemerintah mempertimbangkan revisi undang-undang penetapan harga untuk mengendalikan praktik banting harga yang dinilai merusak industri.
Pabrik Berlebih, Produksi Tak Terserap
Pemerintah juga menyoroti kelebihan kapasitas produksi. Beberapa pabrik hanya beroperasi di bawah 2% kapasitas, akibat investasi berlebihan dan permintaan yang tak seimbang.
BYD termasuk produsen yang dikritik karena dianggap memproduksi terlalu banyak unit, padahal pasar domestik sudah jenuh.
Salah satu solusi yang sedang ditempuh adalah meningkatkan ekspor. Saat ini, kendaraan buatan China sudah mengisi 5,1% dari pasar mobil baru yang terdaftar di Eropa, tren yang kemungkinan akan terus meningkat demi mengatasi surplus di dalam negeri.