Nusantaratv.com - Indonesia kembali berduka. Bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny setinggi empat lantai di Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim), tiba-tiba runtuh dan menimpa ratusan orang pada Senin (29/9/2025) sekitar pukul 15.00 WIB saat para santri menjalankan shalat Ashar berjemaah.
Jumlah korban yang terdampak mencapai 171 orang. Dari jumlah tersebut, 104 orang selamat. Beberapa korban selamat bahkan harus bertahan hidup di balik reruntuhan selama beberapa hari sebelum akhirnya berhasil dievakuasi oleh tim penyelamat.
Sementara itu, jumlah korban tewas mencapai 67 orang. Tim SAR gabungan menghadapi kesulitan dalam mengevakuasi para korban yang terjepit material bangunan.
Proses evakuasi berlangsung selama 8 hari. Berbagai alat berat dikerahkan ke lokasi guna mempercepat proses tersebut. Pihak kepolisian kini tengah menyelidiki insiden ini dan telah memanggil sejumlah saksi untuk dimintai keterangan.
"Kami akan meminta keterangan ahli teknik sipil, ahli bangunan, gedung, untuk menganalisis penyebab pasti kegagalan konstruksi. Begitu juga ahli hukum pidana yang memperkuat unsur-unsur pidana yang dipersangkakan. Tindak lanjutnya, kami akan menggelar perkara untuk menaikkan status penyelidikan ke penyidikan," ujar Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Nanang Avianto.
Menteri Pekerjaan Umum (PU), Dody Hanggodo.
Upaya evakuasi dan pencarian korban masih terus dijalankan oleh tim SAR gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, dan BPBD.
Menteri Pekerjaan Umum (PU), Dody Hanggodo, menegaskan pemerintah saat ini masih memfokuskan upaya pada evakuasi dan pemulihan pasca-bencana. Dia menghindari membuat pernyataan teknis hingga investigasi tuntas.
Di sisi lain, Presiden Prabowo Subianto turut memberikan perhatian atas tragedi yang terjadi di Pondok Pesantren Al Khoziny. Kehadiran Kepala Basarnas di lokasi disebut sebagai wujud perhatian langsung Presiden RI terhadap insiden ini.
"Dengan Kepala Basarnas hadir, itu sudah menjadi bentuk perhatian Presiden. Setelah Kepala Basarnas menyelesaikan tugasnya, baru kami (PU) masuk menangani pembangunan dan hal-hal selanjutnya," jelas Dody dalam program "Abraham" yang dipandu jurnalis Nusantara TV, Abraham Silaban, Senin, 13 Oktober 2025.
Setelah kejadian ambruknya bangunan, Dody menyampaikan evaluasi akan dilakukan secara menyeluruh. "Sesuai arahan Presiden, semua pondok pesantren akan dievaluasi satu per satu agar kejadian ini tidak terulang," tegasnya.
Dody menambahkan pihaknya akan membenahi kualitas bangunan dengan bekerja sama bersama pemerintah daerah setempat. "Kementerian Agama, Kemendagri, dan Pemda setempat akan bersama-sama terlibat dalam pembenahan bangunan," ujarnya.
Ketika ditanya mengenai dugaan keterlibatan santri, yang notabene masih di bawah umur, dalam pembangunan ponpes, Dody merespons dengan tegas.
"Jangan langsung mengatakan begitu. Nggak boleh ngomong begitulah. Ini kan dari santri untuk santri. Secara bertahap kita akan evaluasi dan perbaiki," ungkapnya.
Bangunan pondok pesantren Al Khoziny setinggi empat lantai di Sidoarjo, Jawa Timur, tiba-tiba runtuh dan menimpa ratusan orang pada Senin (29/9/2025).
Petugas gabungan dari Polres, BNPB, Basarnas, TNI, dan instansi terkait terus bekerja siang-malam tanpa kenal lelah untuk mengevakuasi puing-puing.
Alat berat digunakan untuk mempercepat pembersihan area terdampak. Terlihat bagian struktur bangunan yang runtuh, termasuk musala, sebagai salah satu titik pencarian utama.
Truk-truk pengangkut puing terus berdatangan secara bergantian. Tim gabungan bekerja keras agar proses evakuasi dan pencarian korban berjalan secepat dan seaman mungkin.
Di sekitar lokasi, suasana masih mencekam. Garis polisi dipasang menyelimuti reruntuhan. Puluhan keluarga korban menanti kabar di posko, sementara sebagian lainnya berada di Rumah Sakit Bhayangkara untuk mengetahui kondisi sanak saudara yang belum ditemukan.
Seorang ibu, Komariyah, tampak menahan kesediahn saat melihat daftar korban. Anaknya, Abdul Halim (16), yang sudah empat tahun belajar di Al Khoziny, hingga kini belum ada kabar pasti.
"Belum ke rumah sakit, masih menunggu di sini. Belum ada kepastian," ujar Komariyah dengan suara bergetar.
Layanan dukungan psikososial dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur juga disediakan bagi keluarga korban yang mengalami trauma mendalam.
"Kami mendekati keluarga-keluarga korban, memberikan hiburan ringan saat mereka tertimpa musibah, serta bantuan lainnya. Di posko ada layanan bagi anak-anak, seperti family gate dan kid aware, untuk sedikit mengurangi beban. Kami juga menurunkan tim psikolog dan kolaborasi dengan Kemensos untuk dukungan psikososial," jelas Kabid Penanganan Bencana Dinas Sosial Jatim, Sukardi.
Menurut Sukardi, musibah ini menimbulkan duka mendalam bagi keluarga korban. Kehadiran pemerintah diharapkan dapat memberikan pemahaman dan ketenangan.
"Ini takdir. Dan mungkin saat meninggal, dalam keadaan salat, Allah menempatkan anak-anak ini di surga," imbuhnya.
Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii.
Sementara itu, Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii, mengatakan pihaknya tidak langsung memprioritaskan jumlah korban ketika kejadian pertama kali dilaporkan.
Yang menjadi perhatian utama adalah kondisi bangunan, berlantai empat dan dalam proses pembangunan, yang runtuh secara mendadak.
"Saat melihat reruntuhan, kami mendeteksi tipe 'pancake collapse' di mana bangunan dari empat lantai runtuh menyatu seperti lapisan kue. Oleh karena itu, operasi harus dijalankan secara khusus. Kami membagi area operasi menjadi sektor A1, A2, A3, dan A4, lalu melakukan operasi selama 24 jam nonstop, baik dari sisi personel maupun sarana prasarana," ujar Kepala Basarnas.
Lebih lanjut, proses pengangkatan material reruntuhan dilakukan dengan metode pemotongan (cutting) dan diangkat secara perlahan.
"Akses dan ruang sangat terbatas sehingga hanya dua alat berat bisa masuk. Untuk mendeteksi korban, tim kami tetap bekerja manual," tambahnya.
Terkait jumlah personel dan sarana prasarana yang terlibat, Basarnas memastikan tidak ada kekurangan. "Kendala utama adalah akses akses jalan dan ruang terbatas, sehingga alat berat yang kita kerahkan juga terbatas," ujarnya.
Basarnas juga menegaskan metode yang dipilih adalah metode paling tepat untuk menyelamatkan korban yang masih hidup.
"Saat penentuan titik-titik korban (15 titik), kami mendeteksi 7 titik yang kemungkinan masih ada korban hidup. Karena struktur beton sudah kolaps, tidak memungkinkan memisahkan beton secara kasar karena getaran sekecil apa pun bisa membahayakan korban," tukas Kepala Basarnas.
Kasus ini menyorot buruknya pengawasan terhadap konstruksi bangunan pendidikan berbasis keagamaan, terutama pondok pesantren yang umumnya dikelola secara swadaya.
Simak penelusuran tim Abraham ke lokasi runtuhnya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidorjo, Jawa Timur, dalam tayangan bertajuk "Mistrei di Balik Tragedi Pondok Al Khoziny" pada video di bawah ini.
Program "Abraham" tayang setiap Senin pukul 20.00 WIB, eksklusif di Nusantara TV.