Nusantaratv.com - Samsung dijadwalkan meluncurkan seri Galaxy S26 pada awal tahun depan.
Meski berbagai rumor telah membocorkan hampir seluruh spesifikasi perangkat flagship tersebut, satu hal penting hingga kini masih menjadi tanda tanya besar, yakni harga jual resminya.
Melansir Phone Arena, Sabtu (27/12/2025), laporan terbaru mengungkapkan Samsung tengah menghadapi dilema serius dalam menentukan harga Galaxy S26.
Perusahaan asal Korea Selatan (Korsel) itu disebut kesulitan menyeimbangkan antara kenaikan biaya produksi dan target profitabilitas yang harus dipertahankan.
Sebelumnya, Samsung diketahui menjual Galaxy Z TriFold dengan margin negatif karena biaya produksinya lebih tinggi dari harga jual.
Namun, strategi tersebut dinilai tidak bermasalah karena volume penjualannya relatif kecil. Sayangnya, pendekatan serupa tidak bisa diterapkan pada seri Galaxy S26 yang menjadi tulang punggung penjualan Samsung di pasar global.
Menurut laporan dari media Korea, lonjakan harga komponen memaksa Samsung membutuhkan waktu lebih lama untuk menentukan harga akhir Galaxy S26.
Menaikkan harga berisiko menekan angka penjualan, sementara mempertahankan harga seperti generasi sebelumnya akan berdampak pada penurunan margin keuntungan.
Baca Juga: Samsung Galaxy Z TriFold Diuji Lipat Ekstrem Tanpa Henti, Seberapa Tahan Ponsel Layar Tiga Ini?
Situasi ini menempatkan Samsung dalam posisi yang sulit. Salah satu tantangan terbesar berasal dari kenaikan harga memori, yang diperkirakan akan meningkat hingga 30-40 persen tahun depan.
Selain itu, Samsung dilaporkan tidak bisa sepenuhnya mengandalkan chipset Exynos buatannya sendiri dan harus menggunakan prosesor Snapdragon dari Qualcomm, yang dikenal memiliki biaya lisensi tinggi.
Masalah tidak berhenti di situ. Panel OLED juga mengalami kenaikan harga, mendorong Samsung untuk menjajaki kerja sama dengan produsen layar asal China, BOE, sebagai alternatif pemasok di masa depan.
Meski belum dikonfirmasi secara resmi, langkah ini berpotensi membantu menekan biaya produksi. Samsung bukan satu-satunya produsen smartphone yang terdampak.
Xiaomi dikabarkan akan menaikkan harga Xiaomi 17 Ultra hingga 10 persen, sementara Apple juga diprediksi menaikkan harga seluruh lini iPhone flagship sekitar 10 persen.
Bahkan, perangkat kelas menengah dan entry-level diperkirakan akan mengalami kenaikan harga yang lebih signifikan.
Faktor utama di balik melonjaknya harga komponen adalah ekspansi pesat infrastruktur AI, yang menyerap sebagian besar produksi memori global.
Meski AI menjadi teknologi masa depan, dampaknya saat ini membuat berbagai perangkat elektronik, mulai dari smartphone hingga konsol game, menjadi jauh lebih mahal dibandingkan sebelumnya.




Sahabat
Ntvnews
Teknospace
HealthPedia
Jurnalmu
Kamutau
Okedeh