Nusantaratv.com - Jensen Huang, CEO sekaligus salah satu pendiri Nvidia, menyampaikan peringatan keras kepada para produsen chip Amerika Serikat (AS).
Menurutnya, dalam perlombaan teknologi kecerdasan buatan (AI), China hanya tertinggal "beberapa nanodetik" di belakang AS.
Dilansir dari Phone Arena, Rabu (8/10/2025), pernyataan Huang menyoroti kenyataan meski AS masih memimpin dalam pengembangan chip AI, jarak teknologinya dengan China semakin tipis, sebuah situasi yang tak seharusnya membuat perusahaan-perusahaan seperti Nvidia dan AMD merasa nyaman.
China telah lama mengejar kemandirian di bidang semikonduktor. Namun, tidak seperti AS, negara tersebut menghadapi berbagai hambatan akibat sanksi pemerintah AS, termasuk pembatasan akses terhadap peralatan penting seperti mesin litografi canggih yang dibutuhkan untuk memproduksi chip di bawah 5 nanometer.
Huawei Bangkit dengan Chip AI Lokal
Salah satu bukti kemajuan China adalah kembalinya Huawei sebagai pemain utama dalam pasar chip AI. Produk unggulannya, Ascend 910B, kini disebut-sebut sebagai akselerator AI terbaik buatan dalam negeri.
Pada awalnya, GPU Nvidia dilarang dijual di China oleh pemerintah AS. Namun, langkah ini justru memberi ruang bagi Huawei untuk memperkuat posisinya. Akibatnya, AS akhirnya melonggarkan kebijakan dan mengizinkan Nvidia menjual chip H20 di China, meskipun bukan varian terkuatnya.
Ekosistem CUDA Masih Diunggulkan, Tapi China Kembangkan Alternatif
Meskipun perusahaan teknologi China seperti Baidu, Alibaba, dan Tencent lebih menyukai platform komputasi Nvidia, yakni CUDA (Compute Unified Device Architecture), mereka juga tengah mengembangkan ekosistem alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap teknologi AS.
CUDA memungkinkan pemrosesan paralel dalam skala besar, yang sangat penting untuk menjalankan model-model AI modern yang membutuhkan miliaran operasi secara bersamaan.
Kekhawatiran Gejolak Ekonomi Akibat Pembatasan
Jensen Huang menggarisbawahi pentingnya menjaga persaingan yang sehat dan terbuka di industri chip. Dia menyatakan pembatasan yang berlebihan terhadap China justru dapat menimbulkan dampak negatif terhadap perekonomian AS sendiri.
Nvidia melaporkan sekitar 20% hingga 25% dari pendapatan divisi pusat datanya berasal dari pasar China. Pendanaan besar-besaran dari pemerintah, ketersediaan talenta lokal, dan tingginya permintaan dari raksasa teknologi seperti ByteDance dan Tencent membuat China tetap menjadi pasar yang sangat signifikan.
Namun, kekhawatiran sempat muncul ketika Nvidia dilarang menjual chip-chip AI berperforma tinggi, yang bisa mendorong China untuk mempercepat pengembangan alternatif lokal dan meninggalkan produk Nvidia sepenuhnya.