Bos Bugatti Kritik Supercar Hybrid dan Ungkap Mobil Impian Tak Terduga

Nusantaratv.com - 04 Juni 2025

Bugatti Rimac. (Foto: Istimewa via Carscoops)
Bugatti Rimac. (Foto: Istimewa via Carscoops)

Penulis: Adiantoro

Nusantaratv.com - Mate Rimac, tokoh di balik merek hypercar Bugatti saat ini, dikenal sebagai sosok yang blak-blakan dan penuh kejutan. 

Dalam sebuah wawancara terbaru, dia melontarkan kritik terhadap tren supercar hybrid turbo dan sekaligus mengungkapkan mobil impian masa depannya, yang ternyata jauh dari ekspektasi kebanyakan orang.

Alih-alih model Bugatti eksotis, Rimac justru menyebut ingin membangun BMW E30 modifikasi sebagai proyek pribadinya.

Cinta lamanya terhadap E30 bukan tanpa alasan. Kariernya di dunia otomotif bermula dari mobil ini, yang dulu dia ubah dari mesin bensin menjadi mobil listrik.

Namun, dalam versi impiannya yang baru, Rimac berencana memasang mesin V10 besar, bukan motor listrik. 

Kenapa berbalik arah? Jawabannya mungkin ada pada filosofi desain Bugatti terbaru, Tourbillon.

Berbicara kepada Top Gear, seperti dikutip dari Carscoops, Rabu (4/6/2025), Rimac menyebutkan mesin V16 Tourbillon menciptakan pengalaman unik yang tak bisa disamai motor listrik. 

"Lihat bagaimana dia berputar dan suaranya...," kata Rimac. 

Meski Tourbillon menggunakan sistem hybrid dan menghasilkan tenaga gabungan 1.800 hp, di mana 800 hp-nya berasal dari motor listrik, Rimac menekankan kehadiran listrik di sini bukan sekadar tambahan, melainkan penyeimbang yang memungkinkan mesin pembakaran tetap istimewa.

Soal supercar hybrid turbo, Rimac cukup kritis. "Saya sudah mencoba semuanya, Ferrari, McLaren, Lamborghini. Dan saya belum benar-benar mengerti mengapa harus menggabungkan mesin hybrid dengan turbo. Turbo itu kompromi. Dengan naturally aspirated dan bantuan motor listrik, kami justru bisa lebih banyak berkreasi."

Apa Selanjutnya untuk Bugatti? Lebih Fleksibel dari Dugaan

Rimac mengisyaratkan jika masa depan Tourbillon sangat terbuka, mulai dari varian tanpa sistem hybrid, versi ringan tanpa penggerak roda depan, hingga pengaturan yang lebih ekstrem. 

Pendekatan modular ini membuka peluang baru bagi konsumen yang ingin Bugatti dengan karakter lebih murni dan klasik.

Menghilangkan sistem hybrid memang bisa mengurangi tenaga, tetapi juga bisa meningkatkan pengalaman berkendara dan memangkas bobot kendaraan. 

Bayangkan saja, Bugatti bermesin V16 penggerak roda belakang. Menggoda, bukan?

Mewah Tak Harus Menyakitkan

Tak hanya memikirkan performa, Rimac juga fokus membuat kepemilikan Bugatti lebih nyaman di kantong. 

Dia menyebut banyak supercar hybrid lama seperti LaFerrari, P1, dan 918 mengalami masalah baterai mahal yang biayanya bisa ratusan ribu dolar.

"Kami tidak mau itu terjadi di Tourbillon," tegasnya. 

Maka dari itu, Bugatti kini merancang komponen yang tahan puluhan tahun, menyederhanakan biaya perawatan, dan bahkan menanggung servis empat tahun pertama.

Rimac mungkin baru berusia 37 tahun, tapi dengan pendekatannya yang berpadu antara inovasi dan idealisme, dia jelas sedang membentuk masa depan Bugatti dengan cara yang sangat berbeda. 

Siapa sangka, impian besarnya justru berawal dari sebuah BMW E30 dengan mesin V10?

 

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close