Berstatus Buronan Pengadilan Kriminal Internasional, Putra Muammar Khaddafi Maju sebagai Capres Libya

Nusantaratv.com - 15 November 2021

Mantan pemimpin Libya Muammar Khaddafi (kiri) dan anaknya Saif al-Islam Khaddafi/ist
Mantan pemimpin Libya Muammar Khaddafi (kiri) dan anaknya Saif al-Islam Khaddafi/ist

Penulis: Ramses Manurung

Jakarta, Nusantaratv.com-Di tengah ancaman jeratan hukuman atas tuduhan kejahatan perang hingga jadi buronan Pengadilan Kriminalitas Internasional. Putra mantan pemimpin Libya, Muammar Khaddafi, Saif al-Islam Khaddafi mendaftarkan diri sebagai calon presiden (capres) dalam pemilihan yang akan berlangsung pada Desember mendatang. 

"Saif al-Islam al-Khaddafi mengajukan  pencalonannya untuk pemilihan presiden ke kantor Komisi Pemilihan Nasional Tinggi di kota (selatan) Sebha," ungkap seorang pejabat komisi pemilihan, Minggu (14/11/2021).

Pada pilpres Libya Desember mendatang Saif akan bertarung melawan tiga kandidat lainnya yaitu komandan pemberontak timur Khalifa Haftar, Perdana Menteri Abdul Hamid Dbeibah, dan Ketua parlemen Aguila Saleh.

Pelaksanaan pilpres masih diragukan dapat berlangsung pada Desember mendatang karena belum ada kesepakatan dari masing-masing pihak yang akan bersaing terkait aturan dan jadwal pemilihan.

Padahal publik dari sebagian besar faksi Libya dan kekuatan asing sangat mendukung pelaksanaan peilihan pada 24 Desember itu.

Bahkan, sebuah konferensi besar di Paris pada hari Jumat (12/11/2021) lalu sepakat untuk memberikan sanksi kepada mereka yang mengganggu atau mencegah pemungutan suara.

Namun belum ada kesepakatan mengenai aturan yang mengatur siapa yang boleh mencalonkan diri.

Pilpres itu dianggap sebagai momen penting dalam proses perdamaian di Libya yang didukung PBB untuk mengakhiri satu dekade kekacauan kekerasan yang telah menarik kekuatan regional sejak pemberontakan yang didukung NATO terhadap Muammar Khaddafi pada 2011.

Mayoritas orang Libya masih mengenang era Muammar Khaddafi sebagai tokoh otokrasi yang keras. 

Saif Khaddafi dan tokoh-tokoh rezim lama diprediksi akan sulit mendapat dukungan karena mereka sudah tidak berkuasa cukup lama.

Baca juga: Sadis, Migran Sudan Dipukuli dan Ditembak Mati di Libya

Saif sendiri sempat menghilang dari publik satu dekade terakhir sejak ditangkap oleh pejuang wilayah pegunungan Zintan pada 2011.

Meski telah melakukan wawancara dengan New York Times pada awal tahun ini tetapi belum tampil di publik  dan berbicara langsung ke Libya.

Di sisi lain, ambisinya untuk meraih kursi presiden bakal dipersulit kasus peradilan in absentia oleh pengadilan Tripoli terhadap dirinya pada 2015. Saat itu ia muncul melalui tautan video dari Zintan.

Saif dijatuhi hukuman mati karena kejahatan perang, termasuk pembunuhan pengunjuk rasa selama pemberontakan satu dekade lalu, tetapi kemudian diampuni.

Tak hanya itu, Saif juga dicari oleh Pengadilan Kriminal Internasional atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Menurut Ibrahim Fraihat, seorang profesor resolusi konflik di Doha Institute, Saif al-Islam Khaddafi memiliki beberapa dukungan, antara lain dari mantan loyalis rezim, dan juga dalam kekuatan suku tertentu.

Meski demikian, Fraihat menilai Saif tidak memiliki peluang untuk memenangkan pemilihan presiden. 

“Saya pikir dia tidak berpeluang untuk memenangkan pemilihan ini, saya pikir ia juga menyadari ia tidak memiliki peluang,” kata Fraihat, mengutip tribunnewscom, Senin (15/11/2021).

Dengan latar belakang pendidikannya yang pernah menimba ilmu di London School of Economics dan fasih berbahasa Inggris, Saif al-Islam Khaddafi pernah diyakini akan mampu mengubah wajah Libya menjadi ramah dan dapat diterima oleh Barat. 

Tetapi ketika pemberontakan pecah pada tahun 2011 melawan pemerintahan lama Muammar Khaddafi, Saif al-Islam memilih untuk setia pada keluarga dan klan daripada hubungan baiknya dengan Barat.


 

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

(['model' => $post])