19 Orang Tewas di Nepal Saat Demo Menentang Korupsi dan Larangan Media Sosial

Nusantaratv.com - 10 September 2025

Massa membakar kendaraan di jalan saat aksi unjuk rasa memprotes praktik korupsi dan pembatasan internet atau larangan menggunakan media sosial/Foto: Aljazeera
Massa membakar kendaraan di jalan saat aksi unjuk rasa memprotes praktik korupsi dan pembatasan internet atau larangan menggunakan media sosial/Foto: Aljazeera

Penulis: Ramses Manurung

Nusantaratv.com-Sedikitnya 19 orang dilaporkan tewas dan ratusan lainnya luka-luka dalam demonstrasi berdarah yang terjadi di Nepal. 

Kekacauan bermula saat ribuan massa yang didominasi Gen Z memprotes pratik korupsi yang dilakukan aparat pemerintah dan pembatasan internet atau tepatnya larangan menggunakan media sosial. Aksi massa disikapi dengan tindakan represif dari aparat.  

Polisi menembak mati 17 orang di Kathmandu, menurut juru bicara Shekhar Khanal, dengan dua kematian tambahan dilaporkan di distrik Sunsari, Nepal timur. Petugas mengerahkan peluru karet, gas air mata, meriam air, dan pentungan ketika para demonstran menerobos penghalang kawat berduri yang berusaha mencapai Parlemen.

Sekitar 400 orang mengalami luka-luka, termasuk lebih dari 100 petugas polisi. Menteri Dalam Negeri Ramesh Lekhak mengundurkan diri setelah kekerasan tersebut.

“Saya datang ke sana untuk protes damai, tetapi pemerintah menggunakan kekerasan,” kata Iman Magar, 20 tahun, yang terkena tembakan di lengan kanannya. 

“Itu bukan peluru karet, melainkan peluru logam, dan itu melukai sebagian tangan saya. Dokter mengatakan saya perlu menjalani operasi.”

Kendaraan darurat segera membawa korban luka ke berbagai rumah sakit di seluruh kota.

"Saya belum pernah melihat situasi sesulit ini di rumah sakit," kata Ranjana Nepal, petugas informasi di Rumah Sakit Layanan Sipil. 

"Gas air mata juga masuk ke area rumah sakit, sehingga menyulitkan para dokter untuk bekerja."

Larangan media sosial memicu kemarahan yang meluas, terutama di kalangan anak muda Nepal yang bergantung pada platform ini untuk berkomunikasi. Amnesty International melaporkan bahwa pihak berwenang menggunakan peluru tajam terhadap para pengunjuk rasa, sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa menyerukan penyelidikan yang transparan.

Jutaan orang Nepal menggunakan platform seperti Instagram untuk hiburan, berita, dan bisnis. 

"Ini bukan hanya tentang media sosial – ini tentang kepercayaan, korupsi, dan generasi yang menolak untuk diam," tulis surat kabar Kathmandu Post. 

"Generasi Z tumbuh besar dengan ponsel pintar, tren global, dan janji-janji Nepal yang federal dan makmur. Bagi mereka, kebebasan digital adalah kebebasan pribadi. Memutus akses terasa seperti membungkam seluruh generasi."

Nepal sebelumnya telah membatasi platform daring, memblokir Telegram pada bulan Juli karena kekhawatiran penipuan, dan menerapkan larangan TikTok selama sembilan bulan yang berakhir Agustus lalu ketika perusahaan tersebut setuju untuk mematuhi peraturan setempat.


 

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close